Searching...
Friday, August 15, 2014

Akibat Kuil, PM Jepang Bikin Kesal China dan Korsel

Bendera Jepang di Kuil Yasukuni (Foto: Reuters)
TOKYO - Perdana Menteri Jepang Shinzo membuat kesal China dengan Korea Selatan (Korsel) terkait penghormatan yang diberikan kepada Kuil Yasukini. Meskipun tidak datang ke kuil penghormatan pahlawan Perang Dunia II itu, penghormatan ini yang jadi masalah.

Abe sempat mengundang protes dari China dan Korsel ketika dirinya mengunjungi dan berdoa di Kuil Yasukini Desember 2013. Tahun ini dia memutuskan tidak datang, tetapi kedua negara tetangganya merasa tidak puas.

Perdana menteri dari kubu Partai Konservatif itu menyatakan komitmennya terhadap perdamaian dunia di Budokan. Komitmen itu disampaikannya di hadapan Kaisar Akihito dan Permaisuri Michiko.

Namun di saat Abe tidak hadir di kuil tersebut, sekira 83 anggota parlemen Jepang datang memberikan penghormatan. Lebih dari 100 politikus dan pejabat pemerintah mengirimkan perwakilannya untuk berdoa di Kuil Yasukuni,

Kuil berusia 145 tahun ini, merupakan peristirahatan terakhir dari pahlawan perang dan warga yang tewas akibat perang. Di antara tokoh yang dimakamkan di Kuil Yasukini adalah mereka yang dianggap penjahat perang Dunia II, termasuk Jenderal Hideko Tojo yang memberikan perintah serangan ke Pearl Harbor.

Abe pun memberikan penghormatan terhadap pahlawan perang mereka, pada peringatan 69 tahun Jepang menyerah pada Perang Dunia II.

"Di tempat ini, disemayamkan jiwa-jiwa yang wafat karena membela tanah air mereka dan mengkhawatirkan keluarga mereka. Jiwa-jiwa ini juga gugur di tengah kehancuran akibat perang dan mereka yang gugur di negari orang saat perang terjadi. Saya memberikan doa agar jiwa mereka diampuni," ujar Abe, seperti dikutip Reuters, Jumat (15/8/2014).

China langsung bereaksi dengan ucapan tersebut. Juru Bicara Kementeria Luar Negeri China Hua Chunying mengatakan Kuil Yasukuni adalah simbol dan alat spiritual dari militerisme di Jepang.

Sementara Kantor Berita Xinhua juga memberikan komentar, "Mereka yang melupakan dan membantah sejarah tidak pantas memiliki masa depan. Seharusnya pemimpin Jepang bisa melakukan refleksi atas pelajaran sejarah untuk menghindari masa depan yang berisiko". (faj)

0 komentar:

Post a Comment

 
Back to top!